Minggu, 25 Maret 2012

Rieke Diah Pitaloka Di Teror

Global Invest Jakarta - Kediaman Rieke Diah Pitaloka dilempari bangkai anjing oleh seseorang. Teror tersebut diduga akibat vokalnya Rieke menentang kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

"Iya tadi pagi, sekitar jam 9 ada yang melempari rumah saya dengan kantong plastik. Yang buka penjaga rumah saya, dan setelah dibuka ternyata bangkai anjing gosong," terang Rieke. Senin (26/3).

Rieke yang merupakan anggota DPR itu menduga teror tersebut terjadi karena ia memang sangat keras menolak rencana kenaikan harga BBM bersubsidi.

"Kata teman-teman seperjuangan, 'itu sudah teror Mbak Rieke'. Itu kata teman-teman seperjuangan saya, yang terdiri dari aktivis dan buruh," sambung pemeran Oneng di sinetron komedi Bajaj Bajuri itu.

Rieke cukup terkejut dengan aksi teror tersebut, meski begitu perempuan kelahiran Garut, 8 Januari 1974 tak kapok. Baginya, teror yang diterimanya hanyalah risiko kecil dari usahanya untuk membantu rakyat.

"Kaget juga yah. Tapi saya sih kasihan sama anjingnya. Anjing itu dibunuh dengan kejam, perutnya diburai dan dibakar. Kalau saya, insyaallah saya tidak takut," tegasnya.

Hitungan Pendapatan Minyak Versi BP Migas

GLobal Invest - Deputi Pengendalian Operasi Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi, Rudi Rubiandini, memastikan perhitungan pendapatan minyak mentah versi ekonom Kwik Kian Gie keliru.
"Kwik menghitung langsung pendapatan minyak mentah dikurangi pengeluaran untuk bahan bakar minyak sehingga timbul keuntungan Rp 98 triliun," ujar Rudi ketika dihubungi Tempo, Minggu 25 Maret 2012.

Padahal menghitung pendapatan dan pengeluaran sektor minyak dan gas tidak seperti menghitung kas biasa. Sebab, pendapatan migas masuk dalam anggaran negara yang pengeluarannya diatur pemerintah. Karena itu, pendapatan negara dari sektor migas tidak seluruhnya digelontorkan buat subsidi BBM, tapi juga untuk pendidikan, infrastruktur, kesehatan, dan pos-pos anggaran lain.

Rudi menambahkan, produksi minyak Indonesia saat ini 900 ribu barel per hari. Dari angka itu, negara hanya kebagian 600 ribu barel per hari, sedangkan konsumsi masyarakat 1,3 juta barel per hari.
Harga ekonomis BBM mencapai US$ 120 per barel, yang dihitung dari harga minyak mentah US$ 105 per barel ditambah biaya pengangkatan, pemurnian, dan transportasi US$ 15 per barel. Total penerimaan negara dari minyak mentah mencapai Rp 207 triliun ditambah penerimaan dari penjualan BBM ke masyarakat Rp 340 triliun menjadi Rp 547 triliun. Penerimaan ini dikurangi pengeluaran untuk subsidi BBM, seperti impor, pengolahan, distribusi, plus margin sebanyak Rp 512 triliun, sehingga diperoleh sisa pendapatan migas Rp 35 triliun.

"Rp 35 triliun itulah sumbangan sebenarnya industri minyak kepada APBN," kata Rudi.
Rudi berpendapat, seharusnya sumbangan dari minyak dapat diterima negara secara utuh sebanyak Rp 207 triliun, bukan cuma Rp 35 triliun. Itu lantaran selama ini Rp 178 triliun pendapatan minyak justru dihabiskan untuk subsidi.

Juru bicara Pertamina, Mochammad Harun, membenarkan, kalau dihitung secara mentah, memang masih terdapat sisa dari pendapatan minyak dan gas bumi. "Tapi apa mau pendapatan minyak sebagian besar dihabiskan hanya untuk subsidi," ujarnya. Pertimbangan lainnya, jika subsidi tak dikurangi atau harga BBM tetap Rp 4.500 per liter, konsumsi BBM bersubsidi dipastikan melonjak dari kuota 40 juta kiloliter menjadi 47 juta kiloliter.

Menteri Koordinator Perekonomian periode 1999-2000, Kwik Kian Gie, beberapa kali menyatakan alasan pemerintah menaikkan harga jual BBM untuk menyelamatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tidak tepat. Menurut hitungan Kwik, pemerintah sebenarnya memiliki uang dari penjualan BBM untuk menambal subsidi. "Tapi ini tidak pernah dibuka, dan disimpan dalam rekening APBN di pos Menteri Keuangan," katanya.

Berdasarkan analisis Kwik, Pertamina mendapatkan hasil penjualan 53 miliar liter BBM dengan harga Rp 4.500 per liter sebanyak Rp 283,5 triliun. Adapun pengeluaran Pertamina hanya Rp 410,09 triliun, yang berasal dari biaya impor Rp 149,8 triliun, pembelian dari pemerintah Rp 224,54 triliun, serta biaya lifting, refining, dan transportasi Rp 35,65 triliun. Artinya, kekurangan uang Pertamina hanya Rp 126,59 triliun. Kekurangan inilah yang sering dinyatakan sebagai subsidi. Angka subsidi ini lebih kecil daripada perkiraan pemerintah. (tamy)

Kamis, 22 Maret 2012

LOWONGAN KERJA MAJALAH GLOBAL INVEST

Di Butuhkan Segera Bagi Yang Sudah Berpengalaman Untuk di Posisikan Menjadi Wartawan dan Marketing Iklan di Majalah Global Invest.

Persyaratan Untuk (Pria dan Wanita) :
1. Min Lulusan SMA-S1
2. Max Usia 25-40 tahun
3. Sudah Berpengalaman
4. Memiliki Jaringan Relasi yang Luas

Bagi yang Berminat Dapat Hubungi Kami di :

Gedung Dewan Pers Lt 1
Jln. Kebon Sirih No. 32-34 Jakarta
No. Tlp: ( 021 ) 3844510 , No Fax: ( 021 ) 3845110
atau
Email         : redaksiglobal@yahoo.com
Facebook  : Majalah Globalinvest
Twitter       : @InvestMajalah
Blog          : www.majalahglobalinvest.blogspot.com

Kamis, 15 Maret 2012

Melukis Di Atas Bulu Burung

Global Invest - Kita mungkin sudah biasa melihat lukisan dengan media kanvas, kali ini ada lukisan yang cukup unik dan berbeda dari biasanya. Lukisan ini menggunakan bulu burung sebagai medianya.


Pelukis bulu burung sangat luar biasa dalam menorehkan karya lukisnya, media bulu burung tidak seperti kanvas yang lebih merata. Tingkat kesulitan melukis diatas bulu-bulu burung yang sangat halus dan mudah robek ini tentu memiliki tingkat kesulitan tinggi dan harus memakai tinta khusus agar merekat di atas bulu-bulu tersebut.

Belum lagi kebanyakan bulu-bulu burung tidaklah terlalu lebar, hanya beberapa burung saja yang memiliki bulu yang cukup besar atau lebar, misalnya burung unta dan burung elang.

Lukisan bulu burung biasanya identik dengan lukisan pemandangan, bunga-bunga, binatang, manusia, bendera dan unggas. lukisan-lukisan bulu burung terlihat sangat indah dan menawan, kita harus memberikan apresiasi setinggi-tingginya untuk seniman atau pelukis bulu burung.

Bisa dibilang cukup hebat yang membuat lukisan ini, karna untuk memperoleh lukisan secantik ini tidak hanya butuh kehandalan, tapi juga butuk ketelitian dan kesabaran. (tamy)

Hatta Rajasa Tidak Mempermasalahkan Aksi Tolak Kenaikan BBM

Global Invest - Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengaku tidak mempermasalahkan aksi yang dilakukan mahasiswa terkait unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.


"Tidak (masalah), mahasiswa kan anak-anak kita, adik-adik kita, negeri sendiri dan bangsa sendiri, mereka kalau menyampaikan sesuatu itu, kita lihat dari sisi positifnya," ujarnya seusai bertemu dengan para rektor Universitas di Jakarta, Kamis.
Menurut Hatta, aksi tersebut dapat dilakukan karena Indonesia merupakan negara demokrasi dimana menyampaikan aspirasi merupakan hak yang tidak seharusnya dilarang.

"Dalam negara demokrasi dan menyampaikan sesuatu, demonstrasi itu sah-sah saja tidak ada masalah, mereka kan (sedang) menyampaikan aspirasinya," ujarnya.
Hatta juga mengatakan pemerintah bersiap untuk membuka pintu dialog dengan kalangan akademisi dan mahasiswa terkait rencana kenaikan harga BBM tersebut.

"Yang penting kita bisa berdialog dan menjelaskan ini alasannya kenapa begitu, dan itu akan kita sampaikan, jangan justru menutup diri," ujarnya.
Namun, Hatta keberatan apabila aksi unjuk rasa tersebut dilakukan dengan tindakan anarkis yang sampai merugikan dan mengganggu kepentingan umum.

"Yang tidak boleh itu anarkis saat demonstrasi, menyandera truk, (mengganggu) busway. Jangan katakan (lakukan) anarkis, bakar ban, kalau tidak (anarkis), sepanjang itu tidak masalah," katanya.
Hatta menjelaskan pertemuan dengan para rektor merupakan bagian dari sosialisasi pemerintah untuk menjelaskan rencana kenaikan harga BBM dan dampaknya kepada perekonomian secara keseluruhan.
Menurut dia, pertemuan hari ini bukan merupakan "briefing" kepada rektor agar para mahasiswa tidak melakukan aksi demonstrasi menentang kebijakan pemerintah.

"Ini kan bagian dari program sosialisasi, tidak begitu (untuk mengamankan demonstrasi)," katanya.
(tamy)

Kamis, 08 Maret 2012

Belanja Subsidi BBM Meningkat Rp137,4 Triliun

Global Invest - Pemerintah memastikan adanya kenaikan belanja subsidi BBM dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2012 yang diperkirakan mencapai Rp137,4 triliun atau meningkat sebesar 11,1 persen dari pagu dalam APBN sebesar Rp123,6 triliun.
"BBM naik dari Rp123,6 triliun menjadi Rp137,4 triliun," ujar Menteri Keuangan Agus Martowardojo dalam rapat dengan Badan Anggaran DPR RI di Jakarta, Rabu (7/3) malam.

Menkeu menjelaskan bahwa peningkatan terjadi karena kenaikan harga minyak mentah yang diperkirakan mencapai rata-rata 105 dolar AS per barel serta tambahan jenis subsidi Liquefied Gas for Vehicle (LGV) sebesar Rp54 miliar untuk program diversifikasi BBM ke bahan bakar transportasi umum.

Pemerintah, lanjut Menkeu, juga melakukan usulan langkah penghematan beban subsidi BBM, antara lain berupa penyesuaian harga BBM bersubsidi khususnya jenis premium dan solar dari semula Rp4.500,00 per liter menjadi Rp6.000,00 per liter yang akan diberlakukan mulai April 2012.
"Kalau nanti kami usulkan kenaikan harga BBM pada bulan April, itu akan sangat tepat karena inflasi sedang rendah," ujarnya.

Pemerintah dalam Pasal 7 Ayat (6) RUU RAPBN-P 2012 juga mengajukan permintaan bahwa dalam hal perkiraan harga rata-rata minyak dalam setahun mengalami kenaikan lebih dari 5 persen dari harga ICP yang diasumsikan, maka pemerintah diberikan kewenangan untuk melakukan penyesuaian harga BBM.
Sebagai upaya lain untuk menjaga konsumsi BBM bersubsidi tidak meningkat melebihi konsumsi 40 juta kiloliter, maka pemerintah melakukan program pengendalian konsumsi secara bertahap.

Pengendalian konsumsi tersebut dilakukan melalui optimalisasi program konversi minyak tanah ke LPG, konversi BBM ke bahan bakar gas, peningkatan pemanfaatan energi alternatif, pengaturan konsumsi BBM serta penyempurnaan regulasi kebijakan subsidi BBM dan LPG.
Sementara beban anggaran untuk subsidi listrik dalam RAPBN-P juga diperkirakan meningkat hingga Rp93 triliun, atau meningkat sebesar 107 persen dari pagu dalam APBN sebesar Rp44,9 triliun.

Penyebab berlebihnya subidi listrik adalah keterlambatan pengoperasian floating storage regasificaton unit (FRSU) dan kenaikan harga batu bara serta adanya carry over atau kekurangan pembayaran listrik 2010 sebesar Rp4,5 triliun.
Untuk itu pemerintah mengusulkan penyesuaian tarif tenaga listrik bertahap sebesar 3 persen per triwulan mulai triwulan II 2012.
"Jadi, untuk kenaikan TTL, tidak bersamaan dengan kenaikan harga BBM, namun mulai Mei diteruskan Agustus dan November," ujar Menkeu.

Pemerintah mengharapkan pembahasan APBN Perubahan dengan DPR selesai pada tanggal 29 Maret 2012 . (tamy)
Global Invest - Aksi ektra parlementer menolak kenaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dimulai. Rribuan buruh yang tergabung dalam SEKBER BURUH akan menggelar aksi menolak kenaikkan BBM yang akan ditetapkan 1 April mendatang. Aksi rencananya akan dipusatkan di kantor Kemenakertans dan Istana Negara, Kamis (8/3/2012).

"Aksi ini dimotori oleh SEKBER BURUH dan dukungan dari  mahasiswa, pemuda, dan perempuan dalam  menolak kenaikan BBM," ucap Sultoni, perwakilan dari Kasbi.
Sultoni memaparkan aksi akan dimulai pukul 10.00 WIB sampai 12.30 WIB. Dari kantor Kemenakkertar, buruh kemudian akan bergerak mengepung Istana Negara. Aksi ini akan berakhir pada siang hari.

Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memastikan harga BBM bersubsidi naik lantaran harga minyak mentah dunia naik dan subsidi memberatkan APBN. Menteri ESDM, Jero Wacik di DPR sebelumnya memastikan, kemungkinan kenaikkan harga BBM sebesar Rp. 1500.

Senin, 05 Maret 2012

Kenaikan Harga BBM Hanya Dapat Cekik Rakyat

Rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada April 2012, terus mendapat tentangan dari DPR. Anggota Komisi XI DPR RI Sadar Subagyo mengatakan, jumlah rakyat miskin Indonesia bakal bertambah banyak jika kebijakan ini jadi diberlakukan.

"Menaikkan BBM akan menambah jumlah rakyat yang jatuh miskin,” ujarnya di Jakarta, Minggu (4/3/2012).
Karena itu, Sadar menolak wacana pembatasan BBM bersubsidi maupun kenaikan harga BBM bersubsidi. Apalagi, kebijakan ini jelas melanggar pasal 7 ayat 6  UU No 22/2011 tentang APBN 2012, yang menyatakan harga jual eceran BBM bersubsidi tidak mengalami kenaikan.

Ia memaparkan, kenaikan harga BBM bakal menyengsarakan rakyat. Sedikitnya, 135 juta jiwa rakyat yang berpenghasilan di bawah Rp 486 ribu per orang per bulan akan tercekik oleh inflasi riil yang mencapai 20 persen.

Kelompok masyarakat yang terpukul dengan kenaikan harga BBM ini adalah masyarakat yang menghabiskan 70 persen pendapatannya untuk makanan dan sekitar 15 persen untuk energi.
“Melihat kondisi faktual seperti ini, maka subsidi BBM merupakan suatu keharusan sebagai upaya negara memeratakan daya beli masyarakat,” tuturnya.

Dia mengatakan, jika pun terpaksa alokasi subsidi tidak mencakupi, masih dapat ditutup dengan efisiensi di belanja birokrasi dan kenyataan bahwa anggaran hanya terserap rata-rata-rata 94 persen.
“Jadi masih ada bantalan fiskal sebesar 6 persen dari APBN yang 1.435 triliun atau setara 86.1 triliun, jumlah yang sangat mencukupi karena opsi menaikan harga BM bersubsidi sebesar 1.500 rupiah hanya menghasilkan tambahan alokasi 60 triliun rupiah,” tegasnya.

Cover Global Invest Edisi 13

Isi Majalah Global Invest Edisi 13































Minggu, 04 Maret 2012

Apple Perusahaan Paling dikagumi

Global Invest - Apple berada di posisi teratas daftar perusahaan paling dikagumi dalam lima tahun beruturut-turut, berdasarkan survey majalah Fortune yang diterbitkan pada Kamis. Google berada di posisi kedua dan Amazon berhasil menempati posisi ketiga.


Google berada di posisi kedua dalam tiga tahun berturut-turut sementara Amazon berhasil naik tujuh posisi, membuat perusahaan raksasa teknologi itu mendapatkan tempat di tiga besar dalam survey yang dilakukan majalah tersebut kepada 3.855 eksekutif, direktur, dan analis sekuritas.

Apple, yang kini menjadi perusahaan dengan nilai pasar terbesar, berada posisi pertama dalam semua "atribut penting" Fortune dalam berbagai sektor termasuk inovasi, manajemen sumber daya manusia, penggunaan aset perusahaan, tanggung jawab sosial, kualitas manajemen, kesehatan keuangan, kualitas produk, dan pelayanan serta persaingan global.

Setelah tiga besar, perusahaan yang berada di posisi keempat dan seterusnya adalah Coca-Cola, IBM, FedEx, Berkshire Hathaway, Starbucks, Procter & Gamble, dan Southwest Airlines.

Perusaahan unggulan non-Amerika yang berada di daftar itu adalah BMW dari Jerman, yang menempati posisi ke-14